BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Sabtu, 02 April 2011

ISPA ( Infeksi saluran pernafasan akut )

Defenisi

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi saluran pernafasan akut, Istilah ini diadaptasi dari bahasa Inggris Acute Respiratory Infektions (ARI), istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut :

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus – sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,saluran pernafasan bagian bawah ( termasuk jaringan paru – paru ) dan organ adneksa saluran pernapasan. Dengan batasan ini, jariangan paru termasuk dalam pernafasan.
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. (Tempointeraktif. Com- ISPA dan pneumonia).

ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atau maupun bawah kedalam tubuh yang disebabkan oleh infeksi jazad renik atau bakteri, maupun recketsia tanpa atau disertai radang parenkim baru.(Assagaf, 2002).
ISPA bisa menyerang siapa saja dan kapan saja karena jalur penyebarannya bisa melalui droplet atau udara. Ini bisa cepat menyebar karena kadang budaya masyarakat yang biasanya tidak menutup mulut saat batuk, meludah sembarang dan sebagaianya (kompas. Com). Oleh karena itu, penyakit ISPA mendapat perhatian besar pada pemberantasan ISPA, karena selain penyakit sistematik ini dimulai dengan tanda kataral/ keluarnya eksudat

cair dari saluran pernafasan . penyakit ini bisa mengalami komplikasi ISPA berat yang dapat mengakibatkan kematian.

2. Etiologi (penyebab)

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan recketsi. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Steptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Karinebakterium. Sedangkan virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus influenza, virus para influenza, dan virus campak), Adenovirus, Koronavirus, Pikornaviru, Mikoplasma, Herpes virus.
ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.

3. Klasifikasi

a. ISPA disebabkan oleh virus
Virus pernafasan merupakan penyebab terbesar ISPA hingga kini telah dikenal lebih dari seratus jenis virus penyebab ISPA, infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas, akan tetapi sebaliknya beberapa jenis virus bersama –sama dapat pula memberikan gambaran yang hampir sama.

Enam kelompok besar virus pernafasan sebagai penyebab ISPA:

1) Orthomyxovirus : Influenzavirus
2) Paramyxovirus : Para influenza virus
3) Metamyxovirus : Respiratory syncytial virus ( RS-Virus )
4) Adenovirus
5) Picornavirus : Rhinovirus, Coxsackie Virus A, Coxsackie virus B, Echivirus. .
6.Coronavirus.
Seorang anak yang menderita ISPA bisa menunjukkan bermacam –macam tanda dan gejala seperti batuk, bersin, serak, sakit tenggorokan, sakit hidung, sesak nafas, pernafasan yang cepat ,nafas yang berbunyi, demam, penarikan dada kedada keluar, bisa mual, muntah, kurang nafsu makan, badan lemas dan sebagainya.
1. Tanda dan gejala ISPA ringan.
Seorang anak dinyatakan ISPA ringan jika ditentukan satu atau lebih gejala seperti ini:
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara.
c. Pilek yaitu mengeluarkan lender dari hidung
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37c.
2. Tanda dan gejala ISPA sedang
a. pernafasan lebih dari 40 kali/ menit pada anak yang berumur 1 tahun atau lebih.
b. Suhu lebih dari 39c ( diukur dengan termometer )
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak – bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
e. Pernafasan bunyi atau sesaka nafas.
3. Tanda dan gejala ISPA berat.
Jika dijumpai gejala –gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala berikut:
a. kulit atau bibir membiru.
b. Lubang hidung kembang kempis ( dengan cukup lebar ) pada waktu bernafas anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
c. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisa.
d. Tenggorokan berwarna merah.
4.Pencegahan
Pola tata laksana penderita ISPA terdiri dari 4 bagian yaitu Pemeriksaan, penentuan ada tidaknya tanda bahaya, penentuan klasifikasi penyakit dan pengobatan.
Adapun program pencegahan yang dilakukan terhadap faktor – faktor resiko yang menyebabkan ISPA adalah Imunisasi yang merupakan strategi spesifik untuk mengurangi angka kesakitan ISPA:
1. Usaha dibidang gizi untuk mendapatkan kekebalan tubuh.
2. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan anak
3. Program penyehatan lingkungan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA ketidak seimbangan antara host (pejamu), agent (faktor penyebab),dan environment (lingkungan).

Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010, adalah meningkatkan kesehatan, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal, melalui terciptanya masyarakat bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dan dengan prilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk mendukung tujuan tersebut maka tujuan utama di bidang kesehatan dalam rangka menuju Indonesia sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian balita (Depkes RI, 2002)
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia, peranan dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat cukup besar karena sampai saat ini penyakit infeksi masih termasuk ke dalam salah satu penyebab yang mendorong tetap tingginya angka kesakitan dan angka kematian di tanah Air (Depkes, 1999). Menurut Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997, menunjukkan bahwa penyakit ISPA masih merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian pada anak di bawah 5 tahun (Silalahi, 2004)
Visi pembangunan kesehatan menggambarkan masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin di capai yaitu masyarakat bangsa dan negara yang di tandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat (Depkes RI, 2002).
Menurut Ranuh (1997), rumah yang ventilasinya tidak memenuhi persyaratan menyebabkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan baik, akibatnya asap dapur atau asap rokok dapat terkumpul dalam rumah, bayi dan anak yang sering menghisap asap tersebut lebih mudah terserang ISPA. Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang terserap di dinding tembok dan cahaya matahari pagi yang sulit masuk dalam rumah juga memudahkan anak-anak terserang ISPA
Kondisi lingkungan pemukiman/perumahan di Indonesia sampai saat ini belum menggembirakan, hal ini dapat di lihat dari program penyehatan lingkungan pemukiman bahwa proporsi rumah tangga yang menepati rumah sehat hanya sebesar 60,43% sedikit menurun di bandingkan dengan tahun 2002 yang sebesar 64,89% Angka ini masih di bawah target Indonesia sehat 2010 yaitu sebesar 80% (Depkes RI, Jakarta 2005). Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejadian ISPA adalah faktor kondisi lingkungan yang tidak sehat pada perumahan dan prilaku yang tidak sehat pula (Depkes RI, 2002)
Menurut Becker (1979) dalam Notoatmojo (2003), mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu prilaku kesehatan termasuk tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya. Prilaku sakit termasuk juga pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut. Dan prilaku peran sakit yakni segala tindakan atau kegiatan yang di lakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Infeksi saluran pernapasan Akut (ISPA) seperti halnya diare, merupakan sebab utama kesakitan dan kematian pada anak-anak balita di negara berkembang. Setiap tahun ISPA membunuh kira-kira 4 juta anak balita di Asia, Afrika dan Amerika latin. Pneumonia merupakan ISPA yang paling berat bagi balita dan penyebab utama hampir semua kematian. Karena Infeksi saluran pernapasan akut sangat umum sifatnya, ini merupakan beban ekonomi bagi negara-negara berkembang. Rata-rata seseorang anak disuatu daerah perkotaan bisa mengalami lima sampai delapan episode ISPA setiap tahun. Di daerah-daerah pedesaan jumlah episode ISPA sedikit lebih rendah (Depkes RI, 2004)
Penyakit ISPA mencakup penyakit saluran bagian atas dan saluran bagian bawah. penyakit saluran bagian atas mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, tetapi dapat menyebabkan kecacatan misalnya otitis media yang merupakan penyebab ketulian.sedangkan (ISPA) saluran bagian bawah, paling sering adalah pneumonia (WHO, 2003).
Pemberantasan penyakit ISPA di Indonesia di mulai pada tahun 1984, bersama dengan di lancarkannya pemberantasan penyakit ISPA di tingkat Global oleh WHO (World Health Organization). Dalam pola tatalaksana tahun 1984 penyakit ISPA di klasifikasikan dalam 3 (tiga) tingkat keparahan yaitu, ISPA ringan, ISPA sedang, ISPA berat, klasifikasi ini menggabungkan penyakit infeksi akut parah, infeksi akut ringan dan tenggorokan pada anak dalam satu kesatuan (Depkes RI, 2002)
Pada tahun 1995 hasil survei kesehatan rumah tangga melaporkan proporsi kematian bayi akibat penyakit sistem pernapasan mencapai 32,1%. Sementara pada balita 38,8 %. Dari fakta itu kemudian pemerintah Indonesia menargetkan penurunan kematian akibat Pneumonia balita sampai 33% pada tahun 1994-1999, sesuai kesepakatan Declaration of the World Summit for children pada tanggal September 1999 di New York, Amerika Serikat. Sementara itu, berdasarkan program pembangunan Nasional (PROPENAS) di bidang kesehatan, angka kematian Lima perseribu, pada tahun 2000 akan diturunkan menjadi 3 perseribu pada akhir tahun 2005 (Silalahi, 2004)
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kota Bengkulu dapat di ketahui perbandingan jumlah kasus ISPA yang terjadi di seluruh Puskesmas Kota Bengkulu tahun 2009.
Tabel 1.1
Jumlah kasus ISPA
No Puskesmas Jumlah kasus
1 Anggut Atas 2.601
2 Nusa Indah 2.193
3 Sawah lebar 410
4 Kuala Lempuing 230
5 Jembatan kecil 592
6 Jalan Gedang 1.210
7 Lingkar Barat 983
8 Lingkar Timur 1.537
9 Pasar Ikan 1.461
10 Kampung Bali 829
11 Sukamerindu 1.892
12 Ratu Agung 1.182
13 Beringin Raya 562
14 Basuki Rahmat 1.109
15 Betungan 707
16 Kandang 992
17 Padang Serai 352
Sumber: Dinkes Kota Bengkulu, 2009
Dari data laporan Dinas Kota Bengkulu tahun 2009 di ketahui bahwa puskesmas Sukamerindu termasuk ke dalam 3 besar puskesmas yang memiliki jumlah kasus ISPA terbesar di Kota Bengkulu yaitu sebesar 1.892.
Tabel 1.2
Jumlah kasus ISPA di puskesmas setiap bulan

No Bulan Jumlah kasus ISPA
1 Januari 154
2 Februari 167
3 Maret 168
4 April 174
Sumber: Puskesmas Sukamarindu, 2010
Dari data yang diperoleh di Sukamerindu, di ketahui bahwa kasus ISPA di Puskesmas Sukamerindu setiap bulan selalu mengalami peningkatan, serta dari 10 jumlah kasus terbanyak di Puskesmas Sukamerindu, setiap bulan kasus ISPA selalu menempati urutan yang pertama.
Berdasarkan survey awal terhadap 25 rumah warga yang ada di sekitar wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu 7 rumah diantara nya merupakan rumah dengan hunian padat. 2 rumah yang memiliki ventilasi tidak memenuhi standar5 rumah yang tidak memiliki lubang asap, dan 6 rumah yang dinding terbuat dari bambo/kayu.
Dengan melihat latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui dan meneliti hubungan kesehatan lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.

0 komentar: