BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Kamis, 31 Maret 2011

ATRESIA REKTI

A. DEFINISI
Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal (anus) secara congenital (sejak lahir).

B. GEJALA DAN TANDA
Tanda dan gejala dari Atrsia Ani ini antara lain adalah : mekonium (feses bayi) tidak keluar dalam waktu 24 - 48 jam setelah lahir; tinja keluar dari vagina atau uretra; perut menggembung; Muntah; tidak bisa buang air besar; tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula (saluran abnormal); Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi /tegang perut, muntah, gangguan cairan elektrolit dan asam basa

C. PENYEBAB
• Kegagalan pada fase embrio yang penyebabnya belum diketahui
• Faktor herediter (keturunan)
• Abnormal kromosom, mutasi gen.
Klasifikasi :

Melbourne membagi berdasarkan garis pubocoxigeus dan garis yang melewati
ischii kelainan disebut :
1. Letak tinggi, rectum berakhir di atas M.Levator ani ( m.pubo coxigeus )
2. Letak intermediet, akhiran rectum terletak di M.Levator ani
3. Letak rendah, akhiran rectum berakhir di bawah M.Levator ani

D. TERAPI
a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi (membuat anus buatan) beberapa saat setelah lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya.
b. Pengobatan
1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
a. Asidosis hiperkioremia (kekurangan bikarbonat yang reabsorpsi di tubulus ginjal).
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang:stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)

F. PENCEGAHAN
Tidak ada pencegahan yang dapat dilakukan karena bersifat kongenital/bawaan.

0 komentar: